Penulis: Miarti Yoga
Tahun: 2016
Penerbit: Tinta Medina, Solo
![]() |
Sumber gambar: www.dutailmu.co.id |
Buku ini memaparkan bagaimana pentingnya
Adversity Quotient bagi anak. Pada umumnya orang tua lebih mementingkan IQ
dibandingkan AQ. Padahal IQ tanpa AQ akan menghasilkan anak pintar tapi saat
bertemu dengan permasalahan, anak tidak bisa bertahan untuk memecahkan
permasalahannya. Pada akhirnya anak pun memiliki sifat ingin segala sesuatunya
serba instan dan mudah, bisa diselesaikan dengan cepat tanpa membutuhkan
perjuangan.
Dalam buku ini kita juga dibuka wawasan,
bagaimana pentingnya menanamkan disiplin dan tanggung jawab untuk menghasilkan
karakter anak yang tangguh dan militan. Anak kurang pintar, tapi kalau ia
memiliki daya juang yang tinggi (AQ tinggi), pada akhirnya akan mampu
mengalahkan anak yang ber-IQ tinggi. Anak ber-AQ tinggi merupakan tipe anak
climbers, ia tidak akan pernah puas dengan pencapaian prestasi yang sudah
diraihnya, ia akan terus mendaki hingga puncaknya prestasinya, tapi bukan
dunia, melainkan puncak prestasi di akherat, yaitu surga. Berbeda halnya dengan
anak hanya ber-IQ tinggi, ia akan mampu memecahkan hampir setiap permasalahan.
Namun permasalahan-permasalahan yang ia pecahkan merupakan permasalahan yang ia
sendiri telah memiliki kapasitas untuk memecahkan permasalahan tersebut. Di
kala permasalahan yang ia hadapi lebih sulit dari kapasitas yang ia telah
miliki, maka ia akan menyerah lebih cepat dibandingkan anak yang memiliki AQ
tinggi walaupun IQ yang tidak terlalu tinggi.
Seorang anak yang memiliki AQ tinggi, ia tidak
akan mudah berpikir negatif terhadap apapun yang ada di hadapannya. Jika itu
masalah, maka ia akan jadikan itu sebuah tantangan yang harus ia lalui. Pikiran
negatif itu menghambat kemajuan karir. Hal itu pula yang sering diajarkan oleh
para pengusaha-pengusaha sukses. Memang jika ingin sukses, maka singkirkan
pikiran negatif yang selama ini menghinggapi, dan hadapi permasalahan selangkah
demi selangkah seperti layaknya seorang climbers (pendaki).
Buku ini pun mengubah persepsi kita orang tua
terhadap anak nakal. Mereka nakal, karena mereka memiliki kelebihan
kreativitas. Memang anak didesain memiliki kreativitas yang tinggi, mereka
sanggup merekam banyak hal dan menyimpannya dalam waktu yang sangat lama.
Sungguh berbeda dengan kita orang tua, jangankan untuk menyimpan memori, untuk
merekamnya saja pun sudah kerepotan. Pemikiran, ide, gagasan yang senantiasa
baru dari anak, menghasilkan sosok anak yang seakan nakal. Padahal, bisa jadi
mereka sedang mengekspresikan ide dan gagasan barunya, sedang bereksperimen
dengan apapun yang ada disekeliling mereka. Namun disebabkan karena tidak
adanya instrumen yang mampu memfasilitas ide dan kreativitasnya tersebut,
akhirnya mereka gunakan berbagai instrumen yang ada disekeliling mereka yang
seringkali hal itu tidak bisa diterima oleh kita para orang tua. Akhirnya
mencap anak sebagai nakal. Padahal jika kita fasilitasi dengan baik, maka
energi dan kreativitasnya itu akan tersalurkan dengan baik pula.
Banyak sekali hikmah yang dapat kita peroleh
dari buku ini dan sangat direkomendasikan untuk dibaca demi menambah wawasan
kita sebagai orang tua dalam hal mendidik amanah yang telah Allah SWT embankan
secara optimal.
Wallahu'alam bishawab
Wallahu'alam bishawab
No comments:
Post a Comment